TUGAS PROJECT BASED LEARNING (PjBL)
Nama : AMINNUDIN Kelas : PAI K1.F
KESULITAN MURID DALAM MEMAHAMI FIQIH IBADAH MATERI PUASA DI KELAS III PADA SD NEGERI 2 PENGAMBAU HULU KECAMATAN HARUYAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH.
No | Langkah PjBL | Penjelasan | Keterangan |
---|
1 | Identifikasi masalah materi pembelajaran
| Menemukan Beberapa Masalah Tentang Materi Pembelajaran dan Melakukan Perincian Masalah
Pemahaman Konsep yang Kurang Mendalam: Murid sering kesulitan memahami konsep dasar mengenai pengertian puasa, syarat, dan rukunnya. Mereka membutuhkan penjelasan yang konkret agar dapat membedakan puasa dari ibadah lainnya.
Ketidaktahuan Akan Hikmah Puasa: Banyak murid yang belum memahami makna dan tujuan puasa, selain kewajiban yang harus dipenuhi. Ini berpengaruh pada pemaknaan mereka dalam menjalankan ibadah tersebut.
Keterbatasan Praktik dan Contoh Nyata: Murid memerlukan pengalaman belajar yang dapat memberikan contoh nyata atau simulasi sehingga mereka dapat memahami aplikasi puasa dalam kehidupan sehari-hari.
Kesulitan dalam Mengaitkan dengan Nilai Moral dan Sosial: Murid kadang mengalami kesulitan mengaitkan puasa dengan sikap moral, seperti sabar dan empati terhadap sesama. Hal ini menjadi tantangan bagi guru dalam menekankan pentingnya nilai-nilai moral dalam pelaksanaan ibadah puasa.
Rincian Masalah Tentang Materi Pembelajaran Berdasarkan Struktur Materi
Konsep: Murid sering kesulitan memahami konsep puasa secara mendalam, terutama mengenai definisi, syarat wajib, dan sunnah-sunnahnya.
Fakta: Murid perlu memahami fakta-fakta yang berkaitan dengan puasa dalam konteks ibadah Islam, seperti hukum wajib puasa, manfaat kesehatan, dan sejarah pelaksanaan puasa dalam Islam.
| Dikumpul pada tugas PjBL Modul 1 Profesional
05-11-2024 | 2 | Eksplorasi penyebab masalah melalui Review Literatur dan Realitas | (1) . Mengidentifikasi Sumber Literatur yang RelevanArtikel Jurnal: Mencakup jurnal yang berfokus pada pendidikan Islam, metode pembelajaran fiqih, pendidikan moral dan karakter, serta psikologi anak terkait pemahaman agama.
Dokumen atau Modul Ajar Resmi: Dokumen resmi seperti modul pembelajaran fiqih untuk sekolah dasar, kurikulum pendidikan agama, atau panduan metode pembelajaran dari kementerian atau lembaga pendidikan.
(2). Menganalisis Kajian Literatur Berdasarkan Struktur MateriKonsep: Beberapa literatur menyebutkan bahwa anak-anak pada usia sekolah dasar memiliki tingkat pemahaman yang konkret, sehingga konsep abstrak seperti hikmah puasa sulit dipahami jika tidak diberikan dalam bentuk cerita atau contoh yang konkret (Aini, 2020). Dalam konteks ini, buku Fiqih Ibadah Dasar dapat membantu memperkenalkan konsep-konsep dasar secara bertahap.
Fakta: Berdasarkan literatur yang memaparkan penelitian terhadap pemahaman anak mengenai ibadah, sebagian besar anak memahami puasa sebagai kewajiban fisik tanpa menyelami aspek-aspek filosofisnya (Syarif, 2021). Buku-buku yang mengajarkan fiqih secara aplikatif dapat mendukung pengenalan fakta dan kaitannya dengan manfaat puasa, baik secara sosial maupun individual.
Prinsip: Menurut Hidayat (2022) dalam artikel jurnal tentang Pendidikan Karakter Berbasis Agama, salah satu masalah dalam pemahaman anak adalah kurangnya penekanan pada prinsip mendasar puasa, yaitu kesabaran dan pengendalian diri. Hal ini perlu diperhatikan dengan memberikan pelatihan moral yang terintegrasi dengan pembelajaran puasa.
Prosedur: Literatur tentang pendidikan agama untuk anak mengungkapkan bahwa pemahaman prosedural anak terhadap ibadah seperti puasa sering kali kurang mendalam karena minimnya simulasi nyata (Rahmawati, 2023). Modul pembelajaran dengan metode praktik seperti role-play atau simulasi akan membantu murid lebih mudah memahami prosedur puasa secara rinci.
Metakognitif: Pendidikan metakognitif, yaitu kemampuan anak untuk mengevaluasi pemahamannya sendiri, jarang diterapkan dalam pembelajaran fiqih di tingkat sekolah dasar. Menurut Hasan (2021), murid memerlukan pendampingan untuk bisa merefleksikan pengalaman berpuasa dan dampaknya pada diri mereka, yang dapat ditingkatkan melalui diskusi atau refleksi setelah pembelajaran.
Kontekstualisasi dan Integrasi: Beberapa penelitian menyarankan agar materi puasa dikaitkan langsung dengan pengalaman nyata murid (Al-Ghazali, 2019). Murid membutuhkan pemahaman yang mengintegrasikan ibadah puasa dengan kehidupan sosial, seperti pentingnya berbagi dan kepedulian terhadap yang kurang mampu, yang dapat dieksplorasi melalui literatur pendidikan sosial.
(3.) Mengidentifikasi Penyebab Utama Berdasarkan Literatur yang DikajiKesenjangan Metode Pengajaran: Kurangnya variasi metode dalam mengajarkan materi puasa, seperti kurangnya penggunaan media visual atau simulasi, membuat pemahaman murid terbatas pada hafalan tanpa menyentuh aspek hikmah dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Keterbatasan Pendekatan Kontekstual: Murid membutuhkan pemahaman yang lebih kontekstual dan aplikatif agar materi puasa tidak hanya menjadi pengetahuan teoritis, tetapi juga dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata mereka (Andriani, 2022).
Minimnya Penguatan Nilai Moral dalam Pembelajaran: Pendidikan fiqih cenderung berfokus pada aspek-aspek hukum tanpa memperdalam makna filosofis seperti nilai kesabaran, empati, dan pengendalian diri yang juga penting dalam memahami ibadah puasa.
Kurangnya Kegiatan Reflektif: Literasi tentang ibadah puasa perlu memperhatikan sisi metakognitif anak, di mana murid diajak untuk memahami hikmah puasa dengan refleksi atas perilaku sehari-hari mereka, sesuai literatur dari Rahmatullah (2021).
(4). Penyusunan RekomendasiMenggunakan metode pembelajaran interaktif dengan lebih banyak visualisasi, cerita, dan simulasi dalam menjelaskan konsep puasa. Menambahkan kegiatan refleksi dan diskusi mengenai nilai moral yang terkait dengan puasa. Mengintegrasikan pembelajaran fiqih puasa dengan pengalaman nyata murid, misalnya melalui kegiatan sosial atau proyek yang menekankan nilai empati dan kepedulian. Melakukan evaluasi berkala untuk melihat pemahaman murid secara komprehensif, bukan hanya dari segi kognitif, tetapi juga dari afektif dan aplikatif.
| Dikumpul pada tugas PjBL Modul 2 Profesional
08-11-2024 | 3 | Eksplorasi penyebab masalah melalui Review Literatur dan Realitas | Tantangan dalam memahami materi puasa bagi murid, terutama yang berfokus pada pendekatan metode pembelajaran yang lebih efektif. https://jurnal.mgmppaismpaceh.or.id/index.php/jspai/article/download/6/2/9
Wawancara 1 :
Narasumber : Hj. HAPSAH, S.Pd.SD (59) Jabatan : Kepala Sekolah Waktu : Senin, 11 November 2024
Materi puasa adalah materi yang baru bagi murid Sekolah Dasar Materi puasa diajarkan secara abstrak Media penunjang pembelajaran tentang materi puasa sangat minim Metode pembelajaran hanya dengan ceramah
Wawancara 2 :
Narasumber : Agustina Dewi, S.Pd Jabatan : Wali Kelas III Waktu : Senin, 11 November 2024
Pemahaman awal murid minim Konsep materi puasa yang abstrak pembelajaran yang monoton tidak ada dukungan dari orang tua di rumah
| Dikumpul pada tugas PjBL Modul 3 Profesional
12-11-2024 | 4 | Analisis penentu penyebab masalah | (a) Analisis Akar Penyebab Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan eksplorasi melalui review literatur serta wawancara, beberapa akar penyebab masalah utama ditemukan:
Metode Pengajaran Tidak Variatif:
Keterbatasan Media Pembelajaran: Minimnya media pembelajaran penunjang yang konkret, seperti video, gambar, atau alat peraga untuk mendukung penyampaian materi tentang puasa.
Konsep yang Abstrak:
Kurangnya Dukungan Orang Tua:
Minimnya Refleksi dan Diskusi Nilai:
(b) Penentuan Akar Penyebab Masalah Utama dan Masalah Lainnya Akar Penyebab Masalah Utama:
Masalah Lain yang Relevan:
Minimnya dukungan media pembelajaran. Kurangnya kontekstualisasi materi puasa dalam kehidupan nyata. Tidak adanya dukungan refleksi dan diskusi nilai moral. Kurangnya keterlibatan orang tua dalam proses pembelajaran.
| Dikumpul pada tugas PjBL Modul 4 Profesional
15-11-2024 | 5 | Analisis penentu solusi masalah | Menetapkan Solusi masalah yang relevan dan tepat yang dilandasi kajian literatur / analisis empiric dalam tahapan eksplorasi penyebab masalah :
Menggunakan Metode Pembelajaran Interaktif: Solusi: Terapkan metode pembelajaran yang melibatkan visualisasi, cerita, dan simulasi. Contoh kegiatan dapat mencakup role-play atau simulasi yang menggambarkan langkah-langkah puasa serta hikmah di balik ibadah ini. Landasan Teori: Menurut teori pendidikan konstruktivisme, pembelajaran interaktif memungkinkan murid membangun pemahaman berdasarkan pengalaman dan keterlibatan langsung. Simulasi memberikan pengalaman konkret yang memperkuat pemahaman kognitif dan aplikatif (Piaget, Vygotsky). Studi Empiris: Rahmawati (2023) menyebutkan bahwa penggunaan role-play dalam pendidikan agama membantu murid memahami langkah-langkah ibadah dengan lebih baik dan mengaitkan teori dengan praktik.
Meningkatkan Pendekatan Kontekstual: Solusi: Integrasikan materi puasa dengan konteks kehidupan nyata murid, seperti proyek sosial yang mengajarkan empati melalui kegiatan berbagi makanan untuk orang yang kurang mampu. Landasan Teori: Teori pembelajaran kontekstual menyarankan bahwa materi akan lebih mudah dipahami jika relevan dengan kehidupan nyata murid. Kegiatan berbagi mengajarkan nilai puasa seperti kepedulian, sesuai dengan prinsip pembelajaran berbasis proyek (John Dewey). Studi Empiris: Penelitian Al-Ghazali (2019) menunjukkan bahwa murid yang belajar melalui konteks sosial memiliki pemahaman lebih mendalam tentang nilai moral puasa, seperti empati dan kebersamaan, dibandingkan dengan pembelajaran yang hanya berbasis teori.
Mengintegrasikan Pendidikan Nilai Moral: Solusi: Tambahkan sesi refleksi atau diskusi nilai moral terkait puasa, seperti kesabaran dan pengendalian diri. Guru dapat mendorong murid untuk berbagi pengalaman atau tantangan mereka dalam menjalankan ibadah puasa. Landasan Teori: Teori pendidikan karakter menekankan pentingnya mengembangkan nilai moral melalui refleksi dan pengalaman nyata. Ini sesuai dengan pendekatan pendidikan karakter berbasis agama, yang memperkuat nilai-nilai moral seperti kesabaran dan empati (Hidayat, 2022). Studi Empiris: Menurut Hidayat (2022), pendidikan agama yang menekankan pada nilai moral membantu murid menginternalisasi makna puasa secara lebih mendalam, karena mereka bisa menghubungkannya dengan pengalaman pribadi.
Memfasilitasi Kegiatan Reflektif:
Solusi: Terapkan kegiatan reflektif setelah pembelajaran, seperti diskusi kelompok atau jurnal refleksi yang membahas hikmah dan dampak puasa bagi diri murid. Landasan Teori: Teori metakognitif menekankan bahwa refleksi membantu murid memahami dan mengevaluasi pengalaman mereka, yang penting untuk pemahaman afektif. Melalui refleksi, murid bisa mengaitkan konsep puasa dengan nilai yang dirasakan dalam kehidupan mereka. Studi Empiris: Hasan (2021) menyatakan bahwa metode reflektif, seperti jurnal harian tentang pengalaman berpuasa, membantu murid menyadari manfaat puasa, meningkatkan kesadaran diri, dan memperkuat pemahaman akan tujuan ibadah.
| Dikumpul pada tugas PjBL Modul 5 Profesional
19-11-2024 | 6 | Penyusunan rencana aksi, Evaluasi dan Refleksi terhadap pilihan pemecahan masalah, langkah, solusi dan rencana aksi | Penyusunan Rencana Aksi Pengembangan Materi Ajar
Latar Belakang
Pemahaman murid SD Kelas III terhadap materi fiqih puasa sering kali tanpa pemahaman yang mendalam mengenai makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, seperti kesabaran dan kepedulian sosial. Hal ini disebabkan oleh metode pengajaran yang kurang variatif dan kurang relevan dengan kehidupan sehari-hari murid. Oleh karena itu, pengembangan bahan ajar yang berbasis kontekstual dan interaktif sangat dibutuhkan untuk membantu murid memahami dan mengaplikasikan konsep puasa dalam kehidupan nyata.
Rumusan masalah
Bagaimana cara mengembangkan materi ajar yang menarik dan interaktif dan mampu meningkatkan pemahaman murid tentang Fiqih ibadah materi puasa di kelas III?
Tujuan Kegiatan
Mengembangkan materi ajar yang inovatif dan menarik tentang fiqih ibadah materi puasa di kelas III yang mampu meningkatkan pemahaman murid pada materi tersebut.
Kegiatan yang Memuat 5W + 1H
What - Apa kegiatan ini?
Kegiatan ini adalah penyusunan pengembangan materi ajar tentang fiqih ibadah materi puasa di kelas 2 dengan menciptakan media pembelajaran yang menarik. Why - Mengapa kegiatan ini penting?
Pentingnya pemahaman terhadap fiqih ibadah materi puasa agar murid mampu mengaplikasikan ibadah puasa sesuai tuntunan dan murid mampu merealisasikan konsep puasa dalam kehidupan sehari-hari.
Who - siapa yang terlibat?
Kegiatan ini ditujukan untuk murid kelas III Sekolah Dasar Negeri 2 Pengambau Hulu, terutama yang mengalami kesulitan dalam memahami materi fiqih puasa dengan melibatkan guru Pendidikan Agama Islam, guru kelas dan tim pendukung teknis.
Where - Dimana kegiatan ini dilakukan?
Kegiatan ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 2 Pengambau Hulu, di ruang kelas III dan area kegiatan sekolah.
When - Kapan kegiatan ini berlangsung?
Kegiatan ini direncanakan selama semester ganjil, dengan tahap evaluasi di akhir pekan untuk memastikan pengembangan materi ajar sudah sesuai dengan tujuan.
How - Bagaimana Tahapan kegiatan?
Pengembangan bahan ajar dilakukan melalui beberapa tahapan berikut: Identifikasi Kebutuhan Penyusunan Bahan Ajar Uji Coba dan Evaluasi Bahan Ajar Revisi dan Penyempurnaan Implementasi Final
Evaluasi terhadap sinkronisasi antar unsur dalam penetapan solusi
Evaluasi yang dilakukan meliputi : Evaluasi Penetapan Solusi dengan Tujuan Rencana Aksi Evaluasi Penetapan Solusi dengan Metode Pelaksanaan Evaluasi Penetapan Solusi dengan Indikator Keberhasilan Evaluasi Sinkronisasi Penetapan Solusi dengan Anggaran Biaya
Refleksi terhadap solusi masalah, langkah-langkah, kehandalan penyelesaian masalah dan rencana aksi
Refleksi yang dilakukan meliputi : Refleksi terhadap Solusi Masalah Refleksi terhadap Langkah-Langkah Pelaksanaan Refleksi terhadap Kemampuan Penyelesaian Masalah Refleksi terhadap Rencana Aksi
| Dikumpul pada tugas PjBL Modul 6 Profesional
22-11-2024 |
|
|
Diskusi