(4.4) Evaluasi Pembelajaran : Asesmen Nasional dan Raport Pendidikan
1. Tujuan Asesmen Nasional
Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi mutu pendidikan dasar dan menengah di Indonesia secara komprehensif. Penilaian ini mencakup evaluasi proses dan hasil pembelajaran di sekolah, baik dari sisi pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Asesmen ini memberikan data yang membantu pemangku kepentingan pendidikan, seperti guru, kepala sekolah, dan pemerintah, untuk merancang dan mengimplementasikan kebijakan pendidikan yang tepat guna meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta hasil belajar siswa secara menyeluruh.
2. Komponen Utama Asesmen Nasional
Asesmen Nasional terdiri dari tiga komponen utama:
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM): Dirancang untuk mengukur kemampuan dasar yang dibutuhkan setiap siswa agar mampu berkontribusi secara produktif dalam masyarakat. AKM menitikberatkan pada dua kompetensi kunci, yaitu literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Literasi membaca melibatkan kemampuan siswa untuk memahami, mengevaluasi, dan merefleksikan berbagai jenis teks, baik teks fiksi maupun non-fiksi. Numerasi menilai kemampuan siswa menggunakan konsep dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari, dengan fokus pada aspek bilangan, pengukuran, data, dan aljabar. Soal-soal AKM dirancang untuk mendorong keterampilan berpikir logis, bernalar, serta memilah dan mengolah informasi.
Survei Karakter: Survei karakter ini bertujuan mengukur aspek sosial-emosional siswa, yang dikenal sebagai Profil Pelajar Pancasila. Profil ini mencakup pilar karakter seperti keimanan, ketakwaan, kemandirian, kreativitas, gotong royong, dan kebhinekaan global. Dengan penilaian ini, siswa dinilai dalam hal sikap, kebiasaan, dan nilai-nilai yang mereka miliki sebagai bagian dari pengembangan karakter dan mentalitas nasional. Survei karakter bersifat sampel dan dilakukan pada sejumlah siswa yang dipilih secara acak dari berbagai sekolah.
Survei Lingkungan Belajar: Survei ini mengevaluasi aspek-aspek pendukung pembelajaran di sekolah, termasuk iklim sosial dan kualitas sarana fisik sekolah. Survei ini melibatkan siswa, guru, dan kepala sekolah untuk mendapatkan perspektif dari berbagai pihak di lingkungan pendidikan. Indikator yang diukur antara lain iklim keamanan, kesejahteraan siswa, kualitas pengajaran, serta inklusi sosial. Survei ini diharapkan dapat mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu diperbaiki di sekolah untuk menunjang kualitas pendidikan secara keseluruhan.
3. Tingkat Kompetensi dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)
Hasil AKM memberikan gambaran tingkat kompetensi siswa dalam kategori-kategori berikut:
Perlu Intervensi Khusus: Siswa pada tingkat ini mengalami kesulitan dalam menemukan dan memahami informasi dasar atau membuat interpretasi sederhana.
Dasar: Siswa telah mampu menemukan informasi eksplisit dalam teks dan menyelesaikan operasi matematika sederhana, namun kompetensinya terbatas pada keterampilan dasar.
Cakap: Siswa dapat menginterpretasikan informasi dan menerapkan pengetahuan matematika di situasi yang lebih kompleks, serta mulai bernalar dengan data yang lebih beragam.
Mahir: Siswa memiliki kemampuan berpikir kritis untuk menyelesaikan masalah non-rutin, serta mengevaluasi informasi dengan reflektif dan mendalam.
4. Pemanfaatan Hasil AKM dalam Proses Pembelajaran
Data dari AKM dirancang untuk membantu guru dalam merancang strategi pengajaran sesuai dengan tingkat kompetensi siswa, yang dikenal sebagai pendekatan “Teaching at the Right Level.” Ini berarti guru dapat menyesuaikan materi dan metode pengajaran untuk setiap siswa sesuai dengan hasil AKM yang diperoleh, sehingga tercapai pemahaman yang optimal. Selain itu, guru dari berbagai mata pelajaran dapat menggunakan hasil AKM untuk meningkatkan pengajaran secara lintas disiplin ilmu, dengan merujuk pada kompetensi mendasar yang dibutuhkan dalam berbagai konteks pembelajaran.
Sebagai contoh:
Pada Mata Pelajaran IPS: Guru IPS dapat menyesuaikan strategi pengajaran sesuai dengan tingkat literasi membaca siswa. Bagi siswa yang berada di tingkat “Perlu Intervensi Khusus,” guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang lebih visual atau audio untuk membantu siswa memahami topik yang disampaikan.
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI): Guru dapat menggunakan hasil AKM untuk menilai pemahaman siswa tentang fiqih muamalah dalam konteks jual beli. Siswa dengan tingkat kompetensi “Dasar” akan diberi penugasan yang lebih terarah, sedangkan siswa yang sudah “Mahir” dapat mengidentifikasi kasus nyata dan menyajikan data untuk analisis lebih lanjut.
5. Raport Pendidikan sebagai Bentuk Pelaporan Hasil Asesmen
Laporan hasil asesmen disampaikan dalam bentuk Rapor Pendidikan. Rapor ini memberikan informasi capaian belajar siswa serta rekomendasi untuk pengembangan lebih lanjut. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, rapor mencakup informasi mengenai identitas siswa, nilai akademis, deskripsi capaian kompetensi, catatan dari guru, serta presensi dan kegiatan ekstrakurikuler. Di tingkat PAUD, rapor juga memuat informasi tentang perkembangan anak, baik secara fisik maupun sosial-emosional.
Dalam penyusunan rapor, terdapat tiga pendekatan yang bisa diambil untuk menyusun deskripsi capaian kompetensi:
Berdasarkan Capaian Pembelajaran: Memanfaatkan capaian pembelajaran yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan Alur Tujuan Pembelajaran: Menggunakan tujuan yang telah ditetapkan sebagai alur perkembangan belajar siswa.
Berdasarkan Poin-Poin Penting Materi: Mengambil poin utama dari materi pembelajaran yang telah disampaikan dalam satu semester.
6. Implikasi AKM pada Pembelajaran Lintas Mata Pelajaran
Asesmen Nasional juga mendorong penerapan kompetensi literasi dan numerasi dalam mata pelajaran lain. Misalnya, dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya, guru dapat meningkatkan literasi membaca siswa melalui teks instruksional seperti resep memasak. Tindakan yang dapat dilakukan guru berdasarkan tingkat kompetensi siswa antara lain:
Siswa yang memerlukan intervensi khusus dapat dibantu dalam memahami instruksi dan melakukan tugas praktikum dengan catatan sederhana.
Siswa dengan tingkat dasar bisa diarahkan untuk membuat ringkasan dari resep.
Siswa dengan kompetensi cakap dapat diminta untuk memodifikasi resep.
Siswa di tingkat mahir bisa ditugaskan untuk membandingkan resep dari berbagai sumber.
7. Survei Karakter untuk Profil Pelajar Pancasila
Profil Pelajar Pancasila adalah kerangka untuk membentuk siswa yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, mandiri, kreatif, gotong royong, bernalar kritis, dan berwawasan global. Survei karakter ini menggunakan sampel acak siswa di setiap sekolah, dengan tujuan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan karakter siswa dalam konteks kehidupan berbangsa. Hal ini sejalan dengan Peraturan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan yang menekankan pentingnya mengukur sikap, kebiasaan, dan nilai yang dianut siswa sebagai refleksi dari nilai-nilai Pancasila.
8. Survei Lingkungan Belajar untuk Kualitas Pembelajaran yang Lebih Baik
Survei Lingkungan Belajar merupakan alat untuk memetakan kondisi dan iklim pembelajaran di sekolah. Survei ini mengevaluasi berbagai indikator, termasuk iklim keamanan, keragaman sosial, kondisi ekonomi siswa, kualitas pembelajaran, serta program pengembangan guru. Tujuan dari survei ini adalah untuk memberikan gambaran yang jelas tentang lingkungan belajar di setiap sekolah, yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai dasar untuk perbaikan kualitas pendidikan.
Asesmen Nasional adalah instrumen penting yang menyediakan informasi untuk memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Dengan melibatkan siswa, guru, dan kepala sekolah, asesmen ini menawarkan data yang akurat tentang kompetensi akademik, karakter, dan kondisi lingkungan belajar siswa. Data ini dapat digunakan secara efektif untuk mendukung pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa serta meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Diskusi